Ada hadist yang legendaris,
hadist tentang pemimpin. Rasul Allah berwasiat: agar kita jangan memilih
pemimpin dari orang yang menginginkannya. No way, tidak bisa. Sekali
dia ngences pengin banget jadi pemimpin, gugur sudah, jangan pilih.
Tetapi
hal ini justeru menimbulkan tanda tanya? Kalau begitu bagaimana kita
bisa memilih pemimpin dalam dunia democrazy saat ini? Yang bahkan orang2
paham agama pun berlomba2 mendaftarkan diri, berkampanye--bahkan
menggunakan fasilitas dan uang rakyat, meminta untuk dipilih? Crazy kan?
Tahu wasiat ini, eh, dengan begitu banyak argumen, ngeles, mereka masih
tetap juga minta dipilih. Dan lebih crazy lagi, kita tetap juga memilih
mereka? Dipaksa oleh seperangkat fatwa, yang harus sami'na waata'na.
Saya
tidak akan membahas situasi ini lebih detail, karena sy tidak tertarik
meributkan hal2 yang sudah terlanjur ribut. Bisa debat kusir. Sy ingin
membahas hal lain yang mungkin lebih penting dan mendesak. Yaitu
tentang: definisi kepemimpinan itu sendiri.
Sudah saatnya
kita mendidik anak2 kita, generasi penerus kita dengan pemahaman
terbaiknya, bahwa pemimpin, tidak hanya bicara tentang kekuasaan dan
jabatan. Tidak hanya bicara tentang Lurah, Camat, anggota DPR atau
Presiden. Tapi ada isu yang lebih penting lagi, pemimpin sejatinya
bicara tentang teladan, kebermanfaatan, saling menasehati dsbgnya.
Inilah kepemimpinan.
Sungguh,
1. Pemimpin yang
baik, adalah yang berdiri di depan soal keteladanan. Teladan hidup
sederhana (bukan malah punya baju dan aksesoris puluhan juta), teladan
saling tolong-menolong, meneladani akhlak baik yang di wariskan Nabi.
Pun keteladanan mencari ilmu, keteladanan berkeluarga, keteladanan terus
memperbaiki diri sendiri, dsbgnya.
2. Pemimpin yang baik,
adalah yang berdiri paling gagah soal kejujuran. Dia bicara jujur,
berlaku jujur, tidak ada negosiasi dan penyesuaian ketika membahas
tentang kejujuran. Dia adalah petarung tangguh soal kebenaran, pun
termasuk saat menegakkannya, tidak peduli kawan dekat, kerabat, bila
perlu dia yang memotong tangan anak sendiri jika terbukti mencuri--bukan
sebaliknya mengarang2 argumen basi.
3. Pemimpin yang
baik, adalah yang berdiri paling utama soal nasehat-menasehati. Bahu
membahu mengingatkan, menjadi sahabat baik bagi semua orang dalam urusan
ini. Bukan karena dia memang paling hebat menghadapi hidup ini, tapi
karena dengan saling menasehati itulah kita bisa menghadapi masalah
hidup bersama2.
4. Pemimpin yang baik, adalah yang paling
pertama tentang kepedulian. Bersimpati dan berempati kepada orang lain
itu fase awal, tapi terlibat membantu dalam senyap, terlibat mencarikan
jalan keluar dalam sepi, itu sungguh puncaknya. Termasuk bila perlu
memikul karung beras bagi orang2 miskin.
Siapapun adalah
pemimpin, minimal memimpin dirinya sendiri dan keluarganya. Genapi
pemahaman baiknya, maka kita memang tidak perlu sikut2an untuk jadi
pemimpin. Tidak perlu rebutan untuk jadi pemimpin. Karena sejatinya, mau
punya kekuasaan atau tidak, kita tetap masuk definisi pemimpin. Kecuali
kalau kekuasaan tersebut dekat sekali dengan: periuk nasi, kalau yang
ini akan berbeda sekali kasusnya, jabatan itu hanya jadi jalan harta
benda karena simply kita memang pengangguran, butuh pekerjaan. Akan
rusak sekali sebuah kaum jika kepemimpinan hanya sebatas perut dan hawa
nafsu, hanya sebatas kepentingan kelompok tertentu--ditambah pula
menjual simbol2 agama saat memperolehnya.
“Ingatlah,
setiap orang diantara kalian adalah pemimpin, dan setiap dari kalian
akan ditanya tentang kepemimpinannya. Seorang amir (pemimpin masyarakat)
yang berkuasa atas manusia adalah pemimpin, dan ia akan ditanya tentang
rakyatnya”. [HR. Bukhari (5200) dan Muslim (4701)]; nah, kita ditanya
tentang kita sendiri saja susah, apalagi ditanya ratusan ribu bahkan
jutaan orang, rumit sekali.
Lantas bagaimana memilih pemimpin kalau tidak boleh mencalonkan diri? Dengan sistem democrazy ini? Silahkan pikirkan sendiri.
Tulisan
ini hanya fokus pada: penuhi empat prinsip pemimpin tersebut; tanamkan
pemahaman kepemimpinan tersebut ke anak2 kita, maka jika anak2 kita
menguasainya, kita memang tidak perlu lagi memilih pemimpin, kita semua
adalah pemimpin tersebut. Akan lahir dengan sendirinya pemimpin masa
depan.
0 komentar:
Posting Komentar