Kenapa Rasul Allah melarang kita bicara tentang aib-aib orang lain? Menggunjingkannya? Bergosip?
Alasannya boleh jadi sederhana sekali: karena kita juga punya aib. Kita semua PUNYA aib. Jika kita tidak mau aib kita dibahas orang lain, maka simpel jangan membahas aib orang lain. Jika kita menutup aib orang lain, maka Allah akan menutup aib kita.

Tapi entahlah, dunia ini mungkin sudah berjarak dengan kaidah agama. Kita bahkan dalam posisi tekor dua kali. Satu, orang2 malah asyik membeberkan aib diri dan keluarganya, diumumkan, kedua, orang2 malah menjadikannya tontonan seru.
Apa itu aib? Mulai dari kita masih ngompol malam hari, hingga urusan keluarga, bertengkar, perceraian. Semua hal2 personal yang sejatinya tidak perlu dibicarakan--dan tidak perlu orang lain tahu. Mulai dari masih suka ileran kalau tidur hingga tabiat "memalukan"--tapi bukan tindakan kriminal. Hal-hal yang masuk dalam definisi urusan sendiri/keluarga. Itu semua aib. Tapi kan orang lain bisa belajar dari sana? Duh, kalau kalian mau belajar tentang perceraian, tidak perlu dari perceraian orang lain, kecuali kita menikmati menontonnya, seru sekali kayak nonton pertandingan sepakbola.

 
Berhenti ikutan dalam MLM penyebar aib. Berhentilah jadi kepanjangan tangan dosa berantai ini. Yang punya acara2, tabloid2, semoga besok lusa tergerak hatinya berhenti. Yang jadi pembawa acara, penulis beritanya, semoga besok lusa tergerak juga hatinya berhenti. Yang jadi penikmatnya, penonton, pembaca, semoga besok lusa juga tergerak hatinya untuk berhenti. Agar masyarakat kita menjadi lebih baik. Tidakkah orang2 rindu masyarakat yang begitu madani? Yang berlomba2 saling menasehati dalam kebaikan, mencegah kemungkaran? Tidakkah kita rindu?

Maka jikalau rindu, mari kita mulai dari diri sendiri. Lindungi keluarga kita. (from : Tere Liye)

0 komentar:

Posting Komentar

 
Top